Sikap Ahlus Sunnah Kepada Pemimpin Kaum Muslimin - Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc.
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdurrahman Thoyyib
Sikap Ahlus Sunnah Kepada Pemimpin Kaum Muslimin merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc. Kajian ini disampaikan pada 16 Muharram 1439 H / 07 Oktober 2017 M.
Ringkasan Kajian Sikap Ahlus Sunnah Kepada Pemimpin Kaum Muslimin
Kita sebagai seorang muslim harus betul-betul yakin bahwa Islam agama yang sempurna. Tidak ada satu kebaikan kecuali Islam telah menyuruh kepadanya, dan tidak ada keburukan kecuali Islam telah memperingatkan dari padanya.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Artinya: “.…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu….“[Al-Maa-idah: 3]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Ini adalah nikmat Allah Azza wa Jalla yang terbesar terhadap umat Islam. Yaitu Allah Azza wa Jalla menyempurnakan bagi mereka agama mereka. Sehingga kaum muslimin tidak butuh ajaran apapun kecuali ajaran Islam dan tidak butuh kepada Nabi kecuali Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا
“Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Qur-an), (sebagai kalimat) yang benar dan adil …” [Al-An’aam: 115]
Bahkan orang Yahudi dizaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tahu Islam adalah agama yang sempurna. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan segala yang dibutuhkan oleh umat.
Kalau dalam masalah buang hajat saja Islam menjelaskan dengan sedetail-detailnya tentang adab-adabnya, apalagi yang berkaitan dengan masalah yang sangat besar. Yang mencakup kemaslahatan kaum muslimin. Yaitu diantaranya yang dibahas dalam audio mp3 ini tentang bagaiaman sikap bijak Alhlus Sunnah terhadap pemimpin kaum muslimin.
Maka sungguh Islam, Al-qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pula para sahabat telah menjelaskan kepada kita bagaimana sikap seorang rakyat muslim terhadap pemimpinnya yang muslim baik berupa khalifah, atau raja atau presiden yang muslim.
Banyak kitab-kitab para ulama yang berkaitan dengan aqidah, hampir semua membahas hal ini. Tidak ada satu kitab pun, kecuali betul-betul mengkaji masalah ini. Karena ini masalah yang luar biasa, kalau keliru fatal akibatnya. Pertumpahan darah, kudeta, kekacauan dimana-mana, seperti yang kita lihat diakhir-akhir ini dibeberapa negeri terutama di Timur Tengah.
Setidaknya ada 8 poin sikap Alhus Sunnah Terhadap Pemimpin Kaum Muslimin.
1. Membaiat Pemimpin Kaum Muslimin
Ketika ada seorang yang telah diangkat atau dipilih sebagai pemimpin kaum muslimin. Entah bentuknya khalifah, raja atau presidan maka kewajiban kita membaitnya. Yaitu mengakui kepemimpinannya sebagai pemimpin kaum muslimin.
Hal yang perlu diperhatikan juga, dalam sejarah Islam yang berhak dibaiat hanya pemimpin muslim yang menguasai wilayah kaum muslimin. Baiat tidak ada bagi pemimpin organisasi, atau pemimpin pengajian atau seorang alim. Contoh Imam Syafi’i, tidak dibaiat oleh murid-muridnya, Imam Malik, pun Imam Abu Hanifah. Demikian pula dizaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang dibaiat hanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak membaiat Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, Abu Bakar Assidiq diangkat menjadi pemimpin, baru para sahabat membaiat Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu.
2. Menghormati Pemimpin
Pemimpin mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penguasa adalah naungan Allah di bumi. Barangsiapa yang memuliakannya maka Allah akan memuliakan orang itu, dan barangsiapa yang menghinakannya, maka Allah akan menghinakan orang tersebut.” (HR. Ahmad 5/42, At-Tirmidzi: 2225, As-Shahihah 5/376)
3. Mendengar dan Taat Kepada Pemimpin Kaum Muslimin
Mendengar dan taat ini tentunya hanya kepada hal-hal yang ma’ruf. Ketaan yang tidak menyelisihi Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Perintah untuk menaati pemimpin sangat banyak, sekalipun pemimpin tersebut sewenang-wenang, Diantaranya hadis Abdullah bin Ummar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “”Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat tatkala senang maupun benci. Jika disuruh kepada maksiat, maka tidak boleh mendengar dan taat.” (Muttafaq ‘Alaih)
Syubhat dari beberapa kelompok
- Adapun pemimpin yang perlu kita taati adalah pemimpin yang dipilih dengan cara yang syar’i. (Pembahasan dan Jawaban ada di menit ke 21:00)
- Kalau pemimpin tersebut pemimpin yang sholeh dan berhukum dengan hukum syariat islam. (Pembahasan dan Jawaban ada di menit ke 23:00)
4. Bersabar dalam Menghadapi Kedhaliman atau Hal-Hal yang Tidak Disukai Dari Pemimpin Kaum Muslimin
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak dia sukai dari pemimpinnya maka hendaklah dia bersabar atasnya, karena tidaklah ada yang keluar dari jamaah kaum muslimin sejengkal saja lalu dia mati melainkan mati dalam keadaan jahiliyah.” (HR. Muslim)
Pemimpin manusia biasa, mungkin ada kebijakannya yang tidak disukai, maka jaga lisan, jaga hati, jaga anggota tubuh kita jangan sampai berbuat sesuatu yang tidak diridhoi Allah Azza wa Jalla.
Lalu apa solusi terbaik untuk kondisi seperti ini?
Yaitu dengan intropeksi diri bahwa ini adalah musibah. Musibah tidak datang kecuali sebab dosa-dosa kita sendiri.
Allah Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ ٣٠
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)(QS. Asy-Syuuraa: 30).
Jadi, kalau rakyat ingin terbebas dari kedholiman pemimpin yang dholim, maka rakyat dulu yang harus meninggalkan kedholiman. Ini yang harus dipahami. Kalau pemimpin dholim, ini karena rakyatnya banyak yang dholim. Dan ingat, kesyirikan adalah kedholiman yang paling besar. Karena kedholiman rakyat itulah, adanya pemimpin-pemimpin yang dholim.
Maka harus kita bersabar dan terus intropeksi diri dan memperbaiki diri kita dari syirik kepada tauhid, dari bid’ah kepada sunnah, dari maksiat kepada taat.
5. Menasihati Pemimpin Kaum Muslimin dengan Cara Yang Syar’i
Menasihati pemimpin adalah ibadah dan semua ibadah ada tata caranya, ada rambu-rambunya yang Rasul telah jelaskan. Menasihati pemimpin berbeda dengan menasihati kaum muslimin pada umumnya, Diantara adalah: menit ke 34:00
- Dengan lembah-lembut
- Dengan cara rahasia
6. Mendo’akan dengan Kebaikan
Dari ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendo’akan kalian dan kalian pun mendo’akan mereka. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Kemudian ada yang berkata, ”Wahai Rasulullah, tidakkah kita menentang mereka dengan pedang?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya dan janganlah melepas ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim no. 1855)
Bahkan fudhail bin iyad rahimahullah mengatakan,”seandainya aku punya satu do’a yang mustajab, aku akan berikan kepada pemimpin kaum muslimin.”
Ketika ditanya mengapa demikian, kata beliau,”Kalau do’a itu hanya untuk aku, maka manfaatnya hanya untuk aku saja, namun kalau aku do’akan pemimpin kaum muslimin dengan kebaikan maka manfaatnya untuk kaum muslimin.”
7. Tidak Memberontak Kepada Pemimpin Kaum Muslimin
Selama pemimpin itu muslim, bagaiamanapun kedholimannya, bagaimanapun kejahatannya, maka sepakat Ahlus Sunnah mengharamkan untuk mengkudetanya.
Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyeru kami untuk membaiat beliau, diantara isi baiat tersebut adalah kami (diwajibkan) untuk selalu mendengar dan taat (kepada pemimpin kaum muslimin) dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan suka dan duka, dan agar kami mendahulukan hak mereka serta tidak memberontak kepada mereka. Beliau bersabda: Kecuali jika kalian melihat kekafiran yang nyata dan kalian memiliki bukti yang jelas dari Allah tentangnya.”
Bahkan ada lebih dari 100 hadist yang mengharamkan untuk memberontak kepada pemerintah kaum muslimin.
8. Beribadah Bersama Pemimpin Kaum Muslimin
Pertanyaan yang ada dikajian ini ada pada menit 1:00:00. Adapun beberapa pertanyaan yang dibahas adalah:
- Bagaimana memperbaiki masyarakat, apakah dengan menasihati pemimpin padahal kita tidak memiliki akses kepada pemimpin? (1:00:00)
- Bagaimana sikap pemimpin yang dia didzolimi?(1:03:00)
- Bagaimana menyikapi orang-orang yang terindikasi mempunyai pemikiran sesat? (1:05:00)
- Bagaimana meyakinkan kepada orang-orang terdekat bahwa yang disampaikan adalah sesuai yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?(1:07:00)
Simak dan Download Kajian Sikap Ahlus Sunnah Kepada Pemimpin Kaum Muslimin:
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk turut membagikan link download kajian ini ke akun media sosial yang Anda miliki, baik Facebook, Twitter, Google+, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahufiikum
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/27886-sikap-ahlus-sunnah-kepada-pemimpin-kaum-muslimin-ustadz-abdurrahman-thoyyib/